Gedung Terra Drone Terbakar Hingga Tewaskan 22 Orang: Tragedi & Pelajaran bagi Keselamatan Kerja
Tragedi Kebakaran di Gedung Terra Drone Kronologi dan Dampaknya
Pada Selasa, 9 Desember 2025, sebuah kebakaran hebat melanda gedung Terra Drone Indonesia di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat peristiwa yang kemudian menelan korban jiwa hingga 22 orang.
Berdasarkan laporan resmi, kebakaran mulai dilaporkan sekitar pukul 12.43 WIB, saat banyak karyawan sedang berada di dalam gedung.Upaya awal pemadaman dilakukan oleh sejumlah karyawan menggunakan lima alat pemadam api ringan (APAR), namun api cepat membesar dan asap menyebar ke atas memaksa petugas pemadam kebakaran untuk datang.
Seluruh korban tewas dilaporkan adalah karyawan Terra Drone termasuk 15 perempuan dan 7 laki-laki. Di antara korban ada seorang wanita hamil.Korban paling banyak ditemukan di lantai 3 dan 4, di mana asap dilaporkan sangat pekat dan jalur evakuasi diduga tidak memadai.
Total keseluruhan korban, termasuk yang selamat, tercatat 76 orang 54 berhasil dievakuasi, sementara 22 tewas.
Diduga Penyebab Baterai Litium & Masalah Keselamatan
Dugaan Malfungsi Baterai Litium
Menurut keterangan petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta, kebakaran kemungkinan besar dipicu oleh baterai litium milik drone di lantai dasar.Saksi mata menyebut bahwa sebelum api meluas, terdengar ledakan kecil diduga dari baterai yang sedang diisi ulang (charging).
Efek dari kebakaran baterai litium sangat berbahaya: asap tebal dan gas beracun mampu menyebar dengan cepat, terutama jika ventilasi dan jalur evakuasi minimal seperti yang terjadi di gedung tersebut. Banyak korban dilaporkan meninggal karena kekurangan oksigen dan asap, bukan luka bakar langsung.
Dugaan Kelalaian Tata Kelola & Keselamatan Gedung
Setelah kejadian, pihak berwenang menyatakan akan menyelidiki kemungkinan kelalaian baik dari segi perizinan, penataan ruang, sarana evakuasi, maupun prosedur keselamatan kerja di gedung.
Menurut data sementara, gedung tersebut disebut tidak cukup memenuhi standar proteksi kebakaran terutama soal jalur evakuasi dan kategori gedung yang sesuai dengan fungsi penggunaan (kantor + penyimpanan baterai). Gubernur DKI Jakarta pun mengimbau semua pengelola gedung untuk memperhatikan aspek keselamatan agar insiden serupa tak terulang.
Dampak Korban, Kerugian, dan Respon Pemerintah
Korban & Identifikasi
Korban tewas seluruhnya dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk identifikasi.Beberapa korban dilaporkan tewas akibat “lemas/kesulitan bernapas” akibat asap, bukan luka bakar menunjukkan besarnya bahaya asap dan gas beracun dari kebakaran baterai litium.
Sementara itu, belasan pekerja berhasil dievakuasi meskipun kondisi mereka disebut lemah dan sempat mengalami trauma.
Kerugian Material & Pelajaran bagi Dunia Industri
Selain korban jiwa, kebakaran ini juga menyebabkan kerugian material yang cukup besar. Menurut data awal dari badan penanggulangan bencana setempat, kerugian ditaksir mencapai sekitar Rp 2 miliar.
Tragedi ini menjadi pengingat keras bahwa penyimpanan dan penggunaan baterai litium terutama dalam skala industri harus disertai dengan protokol keselamatan yang ketat: ruang penyimpanan khusus, ventilasi memadai, jalur evakuasi, prosedur darurat, serta pelatihan keselamatan untuk semua karyawan.
Tuntutan Transparansi & Perbaikan Sistem Keselamatan Setelah Kebakaran
Setelah kejadian, muncul sejumlah tuntutan dari publik dan pemerintah:
-
Pemeriksaan perizinan bangunan apakah gedung telah memenuhi syarat HSE (Health, Safety, Environment) untuk fungsi kantor dan penyimpanan baterai/komponen elektronik.
-
Audit keselamatan kerja di perusahaan teknologi terutama perusahaan yang menangani baterai, drone, atau barang elektronik berisiko tinggi.
-
Regulasi lebih ketat terkait penyimpanan dan pengisian baterai litium di lingkungan industri agar tak sembarangan dilakukan di area kantor atau ruko tanpa proteksi memadai.
-
Pelatihan dan simulasi evakuasi kebakaran untuk karyawan, serta penyediaan alat pemadam dan jalur darurat yang jelas.
Gubernur dan pejabat terkait menyatakan keseriusan untuk memperbaiki regulasi di DKI Jakarta, guna mencegah tragedi serupa terjadi lagi.
Kesimpulan Seruan Untuk Keselamatan & Tanggung Jawab Bersama
Kebakaran di gedung Terra Drone yang menewaskan 22 orang adalah tragedi besar bukan sekadar kehilangan nyawa, tapi juga alarm bagi dunia industri dan regulasi keselamatan kerja di Indonesia.
Penyebab awal yang diduga berasal dari baterai litium menunjukkan bahwa inovasi dan teknologi (seperti drone) membawa risiko serius jika tidak diimbangi dengan protokol keamanan yang kuat.
Pemerintah, perusahaan, dan pengelola gedung wajib bersinergi: memperketat regulasi, memastikan standar HSE, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan demi melindungi hak dasar pekerja: rasa aman dan selamat.
Bagi masyarakat umum, tragedi ini mengingatkan betapa pentingnya aspek proteksi kebakaran baik di kantor, rumah, maupun ruang publik terutama di era baterai litium dan perangkat elektronik masif.
Semoga ke depan tragedi serupa tak terulang, dan nyawa-nyawa tak lagi melayang sia-sia karena kelalaian preventif.
.webp)